richmondexecutiveaviation.com – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani aturan baru yang mewajibkan perusahaan membayar hingga 100.000 dollar AS per tahun untuk setiap visa kerja H-1B. Kebijakan ini merupakan langkah paling drastis untuk membatasi imigrasi legal pekerja terampil di sektor teknologi dan sains. Sebelumnya, biaya visa ini hanya sekitar 215 dollar AS, kini melonjak tajam dan memicu kekhawatiran di kalangan industri teknologi.
“Baca Juga: Moaan InkPalm Mini Plus 2: Xiaomi Hadirkan E-Reader 512 GB Terbaru”
Pengertian Visa H-1B dan Perannya di Industri Teknologi AS
Visa H-1B memungkinkan perusahaan AS merekrut tenaga kerja asing terampil di bidang teknologi, sains, teknik, matematika, dan kedokteran. Setiap tahun pemerintah AS mengeluarkan 65.000 visa baru, plus 20.000 tambahan untuk lulusan pascasarjana dari universitas AS. Visa ini berlaku tiga tahun dan dapat diperpanjang, serta menjadi jalur menuju green card. Program ini selama ini vital untuk memenuhi kebutuhan tenaga ahli di sektor strategis.
Dampak Langsung pada Perusahaan Teknologi dan Respons Industri
Raksasa teknologi seperti Amazon, Google, Microsoft, dan JPMorgan langsung merespons dengan mengimbau karyawan pemegang visa H-1B menunda perjalanan internasional. Biaya tambahan yang mencapai jutaan dollar per tahun dinilai memberatkan perusahaan dan bisa mendorong mereka memindahkan pekerjaan bernilai tinggi ke luar negeri. Khususnya, bidang kecerdasan buatan dan teknologi canggih lainnya berpotensi terpengaruh.
Alasan Pemerintah dan Kritik dari Para Pakar Ekonomi
Pemerintah AS beralasan bahwa kebijakan ini untuk menghentikan penyalahgunaan program H-1B yang merugikan pekerja lokal. Data menunjukkan jumlah pekerja IT dengan visa H-1B meningkat, sementara angka pengangguran lulusan ilmu komputer juga naik. Namun, kritik menyatakan biaya tinggi justru bisa menurunkan daya tarik AS bagi talenta global. Venture capitalist Deedy Das menekankan, “Jika AS berhenti menarik talenta terbaik, kemampuan inovasi dan ekonomi akan menurun drastis.”
“Baca Juga: Windows 11 Hadirkan Pembaruan Kontroler Xbox yang Lebih Responsif”
Dampak Global dan Opsi “Gold Card” untuk Kalangan Super Kaya
Peraturan ini terutama berdampak pada India dan China, dua negara dengan pemegang visa H-1B terbanyak. India menyumbang 71% pemegang visa, China 11,7%. Selain itu, Trump memperkenalkan opsi “gold card” dengan biaya izin tinggal permanen sebesar 1 juta dollar AS. Opsi ini dianggap menguntungkan kalangan super kaya, namun memperketat akses bagi pekerja terampil biasa. Dampaknya akan terasa pada inovasi dan dinamika tenaga kerja global.
Langkah pemerintah AS ini menandai perubahan besar dalam kebijakan imigrasi untuk pekerja terampil. Sementara dimaksudkan melindungi pekerja lokal, kebijakan tersebut menimbulkan tantangan serius bagi perusahaan teknologi dan ekosistem inovasi AS. Ke depan, AS harus menyeimbangkan antara perlindungan tenaga kerja domestik dan kebutuhan mempertahankan daya saing global. Kebijakan ini juga menjadi contoh bagaimana imigrasi dan teknologi saling terkait dalam ekonomi modern.
Leave a Reply